Saturday, December 29, 2012

Sosiologi Keluarga


Sosiologi keluarga

10JAN
  1. A. PENGERTIAN
Keluarga adalah salah satu kajian dari lembaga sosial. Keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang terdiri atas kepala keluarga dan beberapa orang yang terkumpul dan tinggal di suatu tempat di bawah suatu atap dalam keadaan saling ketergantungan Sosiologi keluarga adalah ilmu yang  mempelajari tentang lembaga keluarga dan hal-hal yang berkaitan dengan keluarga. Keluarga merupakan agen sosialisasi yang pertama di lalui oleh seseorang karena keluarga merupakan lingkungan yang pertama kali dirasakan dalam suatu keluarga.
B. FAKTOR-FAKTOR PERUBAHAN DALAM KELUARGA
Berikut ini adalah beberapa faktor perubahan dalam keluarga yang sebagian merupakan dasar dari teori perubahan sosial dan budaya.
  1. Faktor lingkungan
Yaitu maksudnya di luar lingkungan keluarga seperti lingkungan di masyarakat sekitar tempat tinggal, lingkungan pergaulan, atau lingkungan-lingkungan yang dijadikan tempat berinteraksi para anggota keluarga. Pengaruh-pengaruh yang berasal dari luar lingkungan keluarga terkadang dapat menyebabkan adanya perubahan-perubahan dalam keluarga yang dapat memberikan dampak bagi kelangsungan hidup dalam suatu keluarga.
  1. Kontak anggota keluarga dengan orang lain
Adanya proses interaksi antara anggota suatu keluarga dengan orang lain di luar keluarga tersebut yang memiliki karakter, sifat, dan sesuatu hal yang berbeda dari keluarga tersebut dapat mempengaruhi adanya perubahan-perubahan dalam keluarga.
  1. Pendidikan
Pendidikan-pendidikan yang ditekuni atau dilalui oleh suatu keluarga, dapat  mengubah pola pikir anggota keluarga tersebut sehingga terjadilah suatu perubahan di dalam keluarga.
  1. Keadaan Ekonomi
Keadaan ekonomi juga dapat memberikan perubahan dalam keluarga. Misalnya, keadaan ekonomi suatu keluarga yang awalnya berekonomi rendah,kemudian secara bertahap mampu meningkatkan keadaan ekonominya, maka secara otomatis, suatu keluarga tersebut, akan mengalami perubahan-perubahan berbagai hal dalam keluarga.
  1. Pengaruh dari modernisasi dan globalisasi
Dengan adanya modernisasi dan globalisasi yang memasuki Indonesia, menjadikan arus informasi dan komunikasi sulit dikontrol sehingga seseorang yang mendapatkan pengaruh dari modernisasi dan globalisasi tersebut, dapat menjadikan adanya perubahan-perubahan yang masuk dalam keluarganya.
  1. Perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK)
Kemajuan teknologi menjadikan faktor primer terjadinya perubahan dalam keluarga karena ini merupakan dampak dari modernisasi dan globalisasi yang masuk ke Indonesia. Selain itu ilmu pengetahuan juga menjadikan adanya pemikiran-pemikiran baru yang akan dapat merubah keadaan suatu keluarga. Misalnya keluarga seorang petani yang tadinya menggarap lahan pertanian yang dimilikinya bersama0sama dengan keluarganya, dengan adanya kemajuan teknologi menjadi dipermudah untuk proses penggarapan laha pertaniannya, sehingga dapat merubah keadaan dari keluarga petani tersebut yang  tadinya melakukan kerjasama untuk melakukan kegiatan tersebut menjadi dilakukan dengan bantuan teknologi modern.
C. PERUBAHAN PERAN DALAM KELUARGA
Peranan keluarga menggambarkan seperangkat perilaku antar pribadi, sifat, kegiatan yang berhubungan dengan pribadi dalam posisi dan situasi tertentu. Peranan pribadi dalam keluarga didasari oleh harapan dan pola perilaku dari keluarga, kelompok dan masyarakat.
Berbagai peranan yang terdapat di dalam keluarga adalah sebagai berikut :
  1. Ayah sebagai suami dari istri dan anak-anak, berperan sebagai pencari nafkah, pendidik, pelindung dan pemberi rasa aman, sebagai kepala keluarga, sebagai anggota dari kelompok sosialnya serta sebagai anggota dari kelompok sosialnya serta sebagai anggota masyarakat dari lingkungannya.
  2. Ibu sebagai istri dan ibu dari anak-anaknya, ibu mempunyai peranan untuk mengurus rumah tangga, sebagai pengasuh dan pendidik anak-anaknya, pelindung dan sebagai salah satu kelompok dari peranan sosialnya serta sebagai anggota masyarakat dari lingkungannya, disamping itu juga ibu dapat berperan sebagai pencari nafkah tambahan dalam keluarganya.
  3. Anak-anak sebagai anggota keluarga melaksanakan peranan psikosial sesuai dengan tingkat perkembangannya baik fisik, mental, sosial, dan spiritual.
Pada dasarnya tugas keluarga ada delapan tugas pokok sebagai berikut:
  1. Pemeliharaan fisik keluarga dan para anggotanya.
  2. Pemeliharaan sumber-sumber daya yang ada dalam keluarga.
  3. Pembagian tugas masing-masing anggotanya sesuai dengan kedudukannya masing-masing.
  4. Sosialisasi antar anggota keluarga.
  5. Pengaturan jumlah anggota keluarga.
  6. Pemeliharaan ketertiban anggota keluarga.
  7. Penempatan anggota-anggota keluarga dalam masyarakat yang lebih luas.
  8. Membangkitkan dorongan dan semangat para anggotanya.
Fungsi yang dijalankan keluarga adalah :
  1. Fungsi Pendidikan dilihat dari bagaimana keluarga mendidik dan menyekolahkan anak untuk mempersiapkan kedewasaan dan masa depan anak.
  2. Fungsi Sosialisasi anak dilihat dari bagaimana keluarga mempersiapkan anak menjadi anggota masyarakat yang baik.
  3. Fungsi Perlindungan dilihat dari bagaimana keluarga melindungi anak sehingga anggota keluarga merasa terlindung dan merasa aman.
  4. Fungsi Perasaan dilihat dari bagaimana keluarga secara instuitif merasakan perasaan dan suasana anak dan anggota yang lain dalam berkomunikasi dan berinteraksi antar sesama anggota keluarga. Sehingga saling pengertian satu sama lain dalam menumbuhkan keharmonisan dalam keluarga.
  5. Fungsi Agama dilihat dari bagaimana keluarga memperkenalkan dan mengajak anak dan anggota keluarga lain melalui kepala keluarga menanamkan keyakinan yang mengatur kehidupan kini dan kehidupan lain setelah dunia.
  6. Fungsi Ekonomi dilihat dari bagaimana kepala keluarga mencari penghasilan, mengatur penghasilan sedemikian rupa sehingga dapat memenuhi rkebutuhan-kebutuhan keluarga.
  7. Fungsi Rekreatif dilihat dari bagaimana menciptakan suasana yang menyenangkan dalam keluarga, seperti acara nonton TV bersama, bercerita tentang pengalaman masing-masing, dan lainnya.
  8. Fungsi Biologis dilihat dari bagaimana keluarga meneruskan keturunan sebagai generasi selanjutnya.
  9. Memberikan kasih sayang, perhatian,dan rasa aman diaantara keluarga, serta membina pendewasaan kepribadian anggota keluarga.
Banyak hal yang mempengaruhi akan perubahan peran dalam keluarga, diantaranya sebagai berikut:
  1. Kekacauan
Yaitu pecahnya suatu unit keluarga, terputusnya atau retaknya struktur peran sosial jika salah satu atau beberapa anggota keluarga gagal menjalankan kewajiban peran mereka secukupnya. Ada beberapa macam yang termasuk kategori dari kekacauan yaitu:
  1. Ketidaksahan
Merupakan unit keluarga yang tak lengkap. Dapat dianggap sama dengan bentuk-bentuk kegagalan peran lainnya dalam keluarga. Setidak-tidaknya ada satu sumber ketidaksahan dalam kegagalan anggota-anggota keluarga baik ibu maupun bapak salam menjalankan kewajiban peranannya. Misalnya ayah-suami tidak ada dan karenanya tidak menjalankan tugas atau peranannya seperti apa yang ditentukan oleh ibu atau masyarakat.
  1. Pembatalan, perpisahan, perceraian dan meninggalkan
Terputusnya keluarga disini karena salah satu atau kedua pasangan dalam keluarga tersebut memutuskan untuk saling meninggalkan dan dengan demikian berhenti melaksanakan kewajiban peranannya.
  1. Keluarga selaput kosong
Anggota-anggota keluarga tetap tinggal bersama tetapi tidak saling menyapa atau bekerjasama antara satu dengan yang lain dan terutama gagal memberikan dukungan emosional satu dengan yang lain. Hal ini menjadikan peranan yang seharusnya dijalankan sesuai dengan semestinya menjadi terhambat bahkan dapat mengalami perubahan karena adanya selaput kosong ini.
  1. Ketiadaan seorang dari pasangan karena hal yan tidak diinginkan
Beberapa keluarga terpecah karena suami atau istri telah meninggal, dipenjarakan atau terpisah dari keluarga karena peperangan, depresi atau hal-hal lain. Dengan keadaan seperti ini menjadikan adanya perubahan peranan. Misalnya ayah yang meninggal dunia, menjadikan istri dari ayah tersebut untuk mampu berperan ganda sebagai ibu rumah tangga dan yang menafkahi anak-anaknya (keluarganya).
  1. Kegagalan peran penting yang tidak diinginkan
Malapetaka dalam keluarga mungkin mencakup penyakit mental, emosional, atau badaniah yang parah. Misalnya anak yang mungkin terbelakang mentalnya atau seorang anak atau suami atau istri mungkin menderita penyakit jiwa, penyakit yang parah dan terus menerus mungkin juga menyebabkan kegagalan atau perubahan dalam menjalankan peran utamanya dalam peranannya di keluarga.
  1. Adanya konflik dalam keluarga
Suatu konflik menjadikan adanya suatu permasalahan yang dapat memicu suatu keegoisan diri. Konflik di dalam suatu keluarga sering terjadi yang akhirnya menjadikan adanya perubahan peranan di dalam keluarga. Misalnya suami dan istri mempunyai konflik yang berujung istri pergi meninggalkan keluarganya. Hal ini menjadikan suami harus mampu menjalankan peranannya sebagai ibu untuk anak-anaknya dan harus mampu menjalani kewajibannya untuk mencari nafkah.
  1. Perubahan-perubahan nilai
Biasanya membuat penambahan dalam kegagalan karena ada orang-orang yang dapat menerima cara-cara baru dan ada yang tidak. Ada ketidaksepahaman mengenai apa kewajiban peran itu sebenarnya sehingga mengakibatkan adanya banyak orang yang menilai gagal dalam kewajiban peran mereka, berdasarkan standar baru atau lama. Misalnya di pedesaan umumnya seorang suami menjadi kepala keluarga di dalam keluarganya tersebut, namun karena perkembangan zaman dan adanya perubahan sosial budaya menjadikan adanya perubahan peranan dalam keluarga tersebut yaitu istri yang lebih tegas dan mampu menguasai, mengatur segala hal dari pada suaminya.
D. HUBUNGAN INDIVIDU DALAM KELUARGA
Individu merupakan bagian terkecil dari kelompok masyarakat yang tidak dapat dipisah lagi menjadi bagian yang lebih kecil. Umpama keluarga sebagai kelompok sosial yang terkecil terdiri dari ayah, ibu dan anak. Ayah merupakan individu yang sudah tidak dapat dibagi lagi, demikian pula Ibu. Anak masih dapat dibagi sebab dalam suatu keluarga jumlah anak dapat lebih dari satu.
Selanjutnya, perkembangan manusia sebagai makhuk individu yang wajar dan normal harus melalui proses pertumbuhan dan perkembangan lahir batin. Dalam arti bahwa individu atau pribadi manusia merupakan keseluruhan jiwa raga yang mempunyai ciri-ciri khas tersendiri. Pertumbuhan adalah suatu perubahan yang menuju ke arah yang lebih maju, lebih dewasa. Pertumbuhan pada dasarnya adalah proses asosiasi yaitu terjadinya perubahan pada seseorang secara tahap demi tahap karena pengaruh timbal balik dari pengalaman atau empiris luar melalui panca indera yang menimbulkan sensations maupun pengalaman dalam mengenal keadaan batin sendiri yang menimbulkan sensation.
Menurut aliran psikologi gestalt pertumbuhan adalah proses diferensiasi yaitu proses perubahan secara perlahan-lahan pada manusia dalam mengenal suatu yang semula mengenal sesuatu secara keseluruhan baru kemudian mengenal bagian-bagian dari lingkungan yang ada.Kemudian, menurut konsep aliran sosiologi tentang pertumbuhan menganggap pertumbuhan itu adalah proses sosialisasi yaitu proses perubahan dari sifat mula-mula yang asosial atau juga sosial kemudian tahap demi tahap disosialisasikan.
Faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan:
  1. Pendirian Nativistik. Menurut para ahli dari golongan ini berpendapat bahwa pertumbuhan itu semata-mata ditentukan oleh factor-faktor yang dibawa sejak lahir
  2. Pendirian Empiristik dan environmentalistik. Pendirian ini berlawanan dengan pendapat nativistik, mereka menganggap bahwa pertumbuhan individu semata-mata tergantung pada lingkungan sedang dasar tidak berperan sama sekali.
  3. Pendirian konvergensi dan interaksionisme. Aliran ini berpendapat bahwa interaksi antara dasar dan lingkungan dapat menentukan pertumbuhan individu.
Dalam pertumbuhkembangan suatu individu tak dapat terlepas dari peranan keluarga dalam membentuk pertahanan terhadap serangan penyakit sosial sejak dini. Orang tua yang sibuk dengan kegiatannya sendiri tanpa mempedulikan bagaimana perkembangan anak-anaknya merupakan awal dari rapuhnya pertahanan anak terhadap serangan penyakit sosial.
Sering kali orang tua hanya cenderung memikirkan kebutuhan lahiriah anaknya dengan bekerja keras tanpa mempedulikan bagaimana anak-anaknya tumbuh dan berkembang dengan alasan sibuk mencari uang untuk memenuhi kebutuhan anaknya. Alasan tersebut sangat rasional dan tidak salah, namun kurang tepat, karena kebutuhan bukan hanya materi saja tetapi juga nonmateri. Kebutuhan nonmateri yang diperlukan anak dari orang tua seperti perhatian secara langsung, kasih sayang, dan menjadi teman sekaligus sandaran anak untuk menumpahkan perasaannya.
Individu akan belajar dari lingkungan terdekat. Mereka akan mencontoh sesuatu dari lingkungannya tersebut. Lingkungan terdekat dari seorang individu ketika dilahirkan dan melewati beberapa masa adalah KELUARGA. Di dalam keluarga individu akan menerima aturan-aturan dan nasehat, sehingga individu mempunyai pola tingkah laku. Setiap individu memiliki hubungan yang erat dengan keluarganya. Hubungan antar individu tersebut misalnya misalnya suami-istri terdiri dari seorang laki-laki dan perempuan yang hidup bersama dengan tujuan eksplisit dalam membangun keluarga. Pasangan ini menyediakan dukungan mutual satu dengan yang lain dan membangun sebuah ikatan yang melindungi subsistem tersebut dari gangguan yang ditimbulkan oleh kepentingan maupun kebutuhan darti subsistem-subsistem lain,orang tua-anak terbentuk sejak kelahiran seorang anak dalam keluarga ,subsistem ini meliputi transfer nilai dan pengetahuan dan pengenalan akan tanggungjawab terkait dengan relasi orang tua dan anak.
Individu  akan menjadi baik jika keluarga dan lingkungan sekitarnya memberikan pengaruh yang baik kepada individu tersebut. Individu akan bertingkah buruk jika lingkungannya mendapat pengaruh yang buruk pula. Individu dapat dikatan baik jika  dia bisa diterima di masyarakat yang dapat mematuhi norma-norma dan nilai-nilai social yang belaku di masyarakat. Masyarakat yang terdiri dari keluarga-keluarga yang baik akan menjadi masyarakat yang rukun, harmonis, dan saling bergotong royong.
Namun, terkadang orang tua mengalami kesulitan untuk mewujudkan keseimbangan dalam pemenuhan kebutuhan lahir dan batin inilah yang menjadi penyebab awal munculnya kenakalan remaja yang dilakukan anak dari dalam keluarga yang akhirnya tumbuh dan berkembang hingga meresahkan masyarakat. Misalnya, seorang anak yang tumbuh dari keluarga yang tidak harmonis.
Kasih sayang dan perhatian anak tersebut cenderung diabaikan oleh orang tuanya. Oleh sebab itulah, ia akan mencari bentuk-bentuk pelampiasan dan pelarian yang kadang mengarah pada hal-hal yang menyimpang. Seperti masuk dalam anggota genk, mengonsumsi minuman keras dan narkoba, dan lain-lain. Ia merasa jika masuk menjadi anggota genk, ia akan diakui, dilindungi oleh kelompoknya. Di mana hal yang demikian tersebut tidak ia dapatkan dari keluarganya. Oleh karena itu, sangatlah dibutuhkan suatu keluarga yang harmonis oleh suatu individu dalam perkembangannya sehingga kenyamanan tinggal dan di lingkungan tersebut pun terjamin.
. E. PERBEDAAN GENERASI
Perbedaan generasi di dalam suatu keluarga yaitu:
2.   Generasi orang tua
Orang tua (Ayah dan Ibu), PamanBibiMertua (Ayah dan Ibu), AngkatTiriAsuh (Ayah dan Ibu)
3.   Generasi saya
4.   Generasi anak
5.   Generasi di bawah

0 comments:

Post a Comment