TUGAS
MASYRAKAT MULTIKULTUR
BAGAIMANA
MENURUT ANDA TENTANG CARA MENGATASI MASALAH KONFLIK YANG MUNCUL PADA AKHIR-AKHIR INI DILUAR PULAU JAWA
Disusun
oleh
REGINA
SUCI PRIMA YUNI
Indonesia memilki kebudayaan yang berbeda-beda sehingga
terdapat sruktur masyarkat majemukMasyarakat majemuk adalah suatu kondisi
dimana masyakarat yang terbagi menjadi perbedaan (diferensi social) yang
terdiri dari berbagai strata, ekonomi, ras, suku bangsa, agama dan budaya yang
berjalan dengan apa adanya, dan bahkan bisa menimbulkan konflik karena
perbedaan tersebut. Sedangkan masyarakt multicultural adalah suatu kondisi
masyrakat yang majemuk yang telah tercapai sebuah keteraturan dan keharmonisan
dalam masyarakat. Namun dibalik itu semua terdapat juga konflik-konflik akibat
dari difrensiasi social yang terjadi di
luar Pulau Jawa.
Contohnya saja konflik
Konflik Antar Agama & Etnis di Poso & Sampit
Kerusuhan yang berlatarbelakang agama, etnis, dan golongan terjadi
di Poso, Sulawesi Tengah pada 17 April 2000. Dalam kerusuhan tersebut
terjadilah saling serang antara desa Nasrani dan desa Islam. Menurut data
Polri, kerusuhan tersebu memakan korban 137 orang meninggal, sedangkan menurut
militer 237 orang meninggal, 27 luka-luka, puluhan rumah rusak dan dibakar, 1
bus dibom, beberapa gereja dirusak, dibakar, dan dibom.
Kerusuhan ini terjadi pada masa kepemimpinan Kapolri Rusdihardjo.
Kapolri pun bergegas mengatasi kerusuhan ini, alhasil Polri pun berhasil
menangkap 114 tersangka, 77 diantaranya membawa senjata tajam dan senjata api
rakitan, selebihnya terlibat dalam kasus pembakaran, penjarahan, dan menghasut
massa. Lalu mereka pun diajukan ke pengadilan untuk diproses secara hukum.
Kemudian pada masa Kapolri Suroyo Bimantoro terjadi kerusuhan etnis di daerah Sampit
dan Palangkaraya, Kalimantan Tengah.
Konflik etnis yang terjadi di Sampit dan sekitarnya adalah
permusuhan antara dua suku, yakni Suku Dayak (asli) dan Suku Madura
(pendatang).Peristiwa kerusuhan yang pecah pada 18 Februari 2001 di Jalan
Karyabaru, Sampit dan di Jalan Tidar Cilik Riwut (km 1, Sampit) dipicu oleh
serangan yang dilakukan kelompok suku Madura terhadap suku Dayak. Dalam
peristiwa penyerangan tersebut 7 orang suku Dayak dan 5 orang Madura meninggal.
Akibat dari penyerangan tersebut adalah terjadinya serangan balas dari suku
Dayak terhadap suku Madura yang mengakibatkan 87 orang meninggal, sebagian
besar dari suku Madura
Rincian jumlah korban yang jatuh dalam kerusuhan ini menurut Polda
Kalteng adalah 388 orang (164 diantaranya tanpa kepala) dari suku Madura dan
dari suku Dayak hanya 16 orang meninggal serta 2 orang suku Banjar. Sedangkan
kerugian material sebanyak 1.234 rumah dibakar dan 748 rumah dirusak. Sedangkan
untuk kendaraan, 16 unit mobil, 48 unit motor, dan 114 becak dibakar. Ditambah
lagi sebuah pasar, 75 kios, 29 ruko, 14 gudang dirusak/dibakar. Selain itu,
polisi pun menyita barang bukti kerusuhan berupa 9 pucuk senjata api rakitan,
98 buah bom rakitan, 410 buah mandau, 374 buah tombak, 455 buah parang, 41 buah
kapak, 1 buah samurai, dan 10 buah linggis.Pada kerusuhan Sampit, tercatat
sebanyak 65.134 orang Madura mengungsi dan di- evakuasi ke Surabaya menggunakan
5 kapal laut.
Cara
Mengatasi Konflik Antar Agama & Etnis di Poso & Sampit
Mengatasi konflik social baik
massa berbasis agama maupun berbasis ideology non agama, misalnya megusulkan
dua jalur resolusi konflik , jika konflik melibatkan masa, harus dilakukan
hal-hal
1.
Tindakan
koersif (paksaan) perlu ada pengaturan administrative, penyelesaian hukum,
tekanan poliyik dan ekonomni.
2.
Memberikan
intensif seperti memberikan penghargaan kepada komunitas yang mampu menjaga
ketertiban dan keharmonisan masyrakat
3.
Tindakan
persuasive, terutama terhadap ketidakpuasan
yang dihadapi masyarakat dalam mengahdapi realitas social,politik,
economi
4.
Tindakan
normative, yakni melakukan proses pembangunan presepsi dan keyakinan masyrakat
akan system social
Sementara untuk
konflik kekerasaan yang lebih bersifat vertical, perl;u dilakukan dengan cara
rekonsiliasi atau penyelesaian politik yang menguntungkan masyarakat luas.
Mungkin saja salah
satunya yaitu kalangan pengusaha hingga tingkat mahasiswa harus ikut berperan
menangani konflik yang terjadi di Poso dengan melakukan tindakan nyata agar
masyarakat setempat tidak hanya terfokus pada masalah politik. “Jangan hanya
bergantung pada aparat keamanan. Tetapi pengusaha, ekonom, budayawan, anggota
masyarakat, mahasiswa harus bersatu membangun secara paralel. Seluruh kalangan
itu harus bekerja sama agar kerusuhan di Poso segera berakhir, termasuk antara
ulama dengan umaro juga harus bersatu. “Mereka harus bersanding, bukannya
bertanding,”.
Tindakan represif yang dilakukan oleh aparat tidak menyalahi aturan, meskipun upaya penegakan hukum telah menimbulkan korban jiwa dari warga sipil serta anggota Polri , karena memang kejadian itu sulit dihindari. kerusuhan yang menimpa di Poso merupakan rekayasa dan berasal dari luar Poso yakni dari pihak asing. Ia mengingatkan, kelompok sipil bersenjata yang berada di tengah-tengah masyarakat Poso perlu mendapat perlakukan khusus, karena dalam keadaan seperti ini, masyarakat akan menjadi tameng bagi mereka.
Nah, untuk memecahkan sebuah permasalahan seperti yang sedang terjadi di Poso sebenarnya tidaklah terlalu sulit bila semua pihak mau berikrar secara serius dan tulus. Artinya, semua kepentingan sepihak dan sepotong-potong yang menghimpitnya selain kepentingan bersama harus dihilangkan terlebih dahulu. Pencegahan sedini mungkin tindakan provokasi dan intimidasi diantara masyarakat harus diutamakan. Terutama, perlunya kewaspadaan terhadap gerak-gerik seseorang atau sekelompok orang yang berusaha bermain api dalam sekam. Barulah kemudian upaya penegakkan hukum harus benar-benar dilaksanakan. Harapan kita masyarakat Poso akan kembali dapat hidup dengan tenang dan damai.
Tindakan represif yang dilakukan oleh aparat tidak menyalahi aturan, meskipun upaya penegakan hukum telah menimbulkan korban jiwa dari warga sipil serta anggota Polri , karena memang kejadian itu sulit dihindari. kerusuhan yang menimpa di Poso merupakan rekayasa dan berasal dari luar Poso yakni dari pihak asing. Ia mengingatkan, kelompok sipil bersenjata yang berada di tengah-tengah masyarakat Poso perlu mendapat perlakukan khusus, karena dalam keadaan seperti ini, masyarakat akan menjadi tameng bagi mereka.
Nah, untuk memecahkan sebuah permasalahan seperti yang sedang terjadi di Poso sebenarnya tidaklah terlalu sulit bila semua pihak mau berikrar secara serius dan tulus. Artinya, semua kepentingan sepihak dan sepotong-potong yang menghimpitnya selain kepentingan bersama harus dihilangkan terlebih dahulu. Pencegahan sedini mungkin tindakan provokasi dan intimidasi diantara masyarakat harus diutamakan. Terutama, perlunya kewaspadaan terhadap gerak-gerik seseorang atau sekelompok orang yang berusaha bermain api dalam sekam. Barulah kemudian upaya penegakkan hukum harus benar-benar dilaksanakan. Harapan kita masyarakat Poso akan kembali dapat hidup dengan tenang dan damai.
Jika diamati secara jujur, apa
yang sedang dialami di Poso tidak saja aneh tapi juga tak masuk di akal sehat.
Sebab, semua orang tahu bahwa soal penggunaan senjata bagi warga sipil bukankah
aturannya cukup ketat. Artinya tidak sembarang orang bisa membawa atau memiliki
senjata apalagi yang mematikan. Anehnya, kenapa justru warga sipil khususnya di
Poso begitu bebas memiliki senjata
0 comments:
Post a Comment